Roda kehidupan terus berputar, bagi pasangan suami-istri paruh baya ini posisi mereka sedang berada di bawah, walopun bukan lagi di titik kulminasi. Kondisi yang tidak terbayangkan, karena sebelumnya fasilitas yang lumayan terbiasa mereka nikmati.
Itulah kehidupan, hanya karena fitnah semata... semuanya bisa berubah. Bukan itu yang ingin aku ceritakan kali ini...
Untuk bangkit dan melanjutkan langkah kehidupan mereka, diputuskan mereka pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil dan membuka warung nasi kecil di dekat sebuah kampus.
hari berganti bulan, kemudian menjadi tahun, rasanya sangat sulit bagi pasangan tersebut untuk sekedar keluar dari rutinitas warung nasi. Untuk pergi berlibur berdua, adalah hal yang sangat mahal. Salah satu dari mereka PASTI menjaga warung nasi tersebut.
Sedih, marah, entah apalagi perasaan anak-anak pasangan suami-istri tersebut, ketika mereka selalu melontarkan alasan yang sama setiap kali diajak berlibur, "Nanti, anak-anak (baca: pelanggan mereka) makan di mana? Kasian mereka..."
"Kok, kasian sama mereka... harusnya kan sama kita, orang kok diurusin!" begitu kira-kira pikiran anak-anak pasangan tersebut.
Namun ketika diamati lebih dalam lagi, bagaimana cara mereka menjalankan warung nasi kecil mereka... terlihat jelas, kalau mereka tidak sedang berjualan. Mereka mengurus anak-anak (baca: pelanggan) mereka.
Sekali waktu, sang suami memarahi salah seorang pelanggannya, "Pokoknya sekarang kamu gak boleh makan mie instant lagi. Masa' tiap hari makan mie instant. Nanti sakit."
Lain kali, ketika sang istri menawari pelanggan yang sama, "Mau Made (baca: Ibu) buatin mie gak?"
"Gak dech, kan gak boleh sama Ayah..." (Anehnya si anak gadis ini menuruti omelan sang Ayah)
Ayah-Made, begitu mereka membahasakan diri mereka pada para pelanggannya.
Sekali waktu, seorang pelanggan datang dengan wajah kusut, "Kenapa Le?"
"Komputernya kena brontox, Made?"
"Lha, kan komputer baru beli 3minggu minggu yang lalu..."
"Ada temen maksa make, Bu..."
"Emangnya gak discan dulu?" (Si Ibu bisa-bisanya tau adegan scan-menscan ya... hehehe)
Percakapan-percakapan seperti ini hampir setiap hari terjadi.
Pagi itu, seorang anak gadis mendatangi warung hanya untuk pamit mau kuliah. "Bye, Mom..." kata gadis itu sambil melangkah pergi.
Masih di hari yang sama, ketika seorang pelanggannya selesai menikmati sarapannya. "Udah Made, pulang dulu ya... Terima kasih. Selamat hari Ibu, Made"
Detik itu juga aku tersadar, seharusnya sejak lama aku tersadar. Orang tua-ku bukan hanya sekedar dagang nasi semata, tapi mereka mengurus pelanggan mereka sebagaimana mereka mengurus anak-anak mereka. Mereka melayani dengan hati tulus, ikhlas...
Selamat hari Ibu juga, Made... dan tetap tegar ya, Yah walau roda kehidupan Ayah berputar lebih cepat dari kebanyakan orang. I love you...
Friday, December 28, 2007
Melayani dengan hati...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)





0 comments:
Post a Comment