Itu kampus ternyata udah tua banget ya...
Kalo dulu kanan kiri masih banyak lahan kosong... sekarang for the shake of community development, sebagian besar lahan kosong sudah menjadi kebun beton.
Ini foto, beredar dari milis ke milis, selamat menikmati aja...
Foto masa kini, nanti minta ke my lovely 'get-headache' sista dech nanti, kalo ybs mau...
Wednesday, February 27, 2008
Kampus tempo 1925
Wednesday, May 30, 2007
Saya harus di rumah atau bekerja?
Di milis sebelah, ada yang curhat mengenai masalah rumah tangga-nya. Biasalah... dilema ibu bekerja, 2 anak, tanpa asisten, jauh dari sanak-saudara untuk membantu. Mau berenti kerja bingung ama penghasilan keluarga. Gak berenti, nyaris tiap hari tanduk keluar.. kerna udah capek kerja, masih harus ribet ama tetekbengek rumah tangga. Yah... dilema ibu bekerja dech...
Berikut ini adalah sharingku di milis.
Kalo masalah-nya ini, gak ada temen bicara yang paling baik... selain diri
sendiri:-D
Bukannya apa-apa... been there. hehehe...
Kilas balik ya...
Waktu lagi hamil anak pertama, keinginanku untuk berhenti kerja, jaga anak di rumah makin besar. Di tambah, waktu itu aku tinggal jauh dari ortu-mertua, gak ada dech orang yang bisa dipercaya untuk jaga anak. Belom lagi ceriita temen-temenku, tentang asisten mereka di rumah. Ada yang pergi begitu aja, anak ditinggal, rumah gak dikunci.
Wah, semuanya bikin parno dech...
Yang paling bikin bingung waktu itu soal income, emang sih... aku waktu itu cuma nyumbang sekitar 30% dari total pendapatan kami, tapi at least aku masih bisa nyekolahin adekku, kasih ortu, bantu suami dikit-dikit... Lha, kalo aku berenti kerja... adekku siapa yang nyekolahin:-(
Jadi inget jamannya aku sering telpon sobatku (Hallo Lif!!), cuma untuk merefleksikan kesiapan aku jadi FTM. Bicara dengan orang lain, hanya untuk mengeksplorasi pikiran2 yang selama ini berkutat di kepala sendiri... Akhirnya setelah aku siap lahir-bathin, baru aku bicara sama suamiku.
Waktu itu suamiku bilang, "kalo soal pendapatan yang kamu pusing-in, iALLAH pasti ada jalan. kalo soal sekolah adikmu. Saat kita memutuskan untuk menikah, gak ada lagi adikku atau adikmu, tapi adik kita. Tanggungjawabmu, tanggungjawabku juga..."
Dah, plong dech... akhirnya aku memutuskan untuk jadi FTM.
Tapi masalahnya bukan cuma itu kan... 30%penghasilan kami otomatis hilang, tapi ternyata ALLAH punya matematika-nya sendiri. Dua bulan setelah aku berhenti kerja, suamiku promosi dengan kenaikan nyaris 25%.
Tuh kan... ternyata kalo kita ikhlas menjalani segala sesuatu, trus pasrah... jalan keluar pasti dikasih kok...
Trus berjalan sampe sekarang... kadang emang ada juga masanya jenuh, tapi bukan jenuh aku pengen balik kerja, tapi jenuh mau PMS aja biasanya.
hehehe...
So far, keputusan kami masih aku jaga anak2 di rumah dengan segala macam pertimbangannya... Bahkan waktu beberapa waktu lalu, ketika kami benar-benar mengencangkan ikat pinggang...
Waktu aku tanya, "Mas, kamu udah butuh bantuan... kalo iya, aku kerja lagi
gak papa kok..."
Suamiku cuma bilang, "Kamu yakin, pengorbanan yang kamu lakukan sebanding
dengan pendapatan yang kamu terima."
Duh, Gusti... jawabannya buat aku adalah TIDAK!!!
Akhirnya, batal lagi aku come back ke dunia kerja. hehehe...
Duh, kayaknya curhatku panjang banget ya...
Jadi kalo Anda kebetulan berada pada posisi yang sama dengan rekanku, jalani apa yang paling nyaman untuk Mom dan keluarga.
Apa yang menurut aku nyaman, belum tentu nyaman menurut orang lain kan...
Paling penting coba bicara dengan diri sendiri, cari teman yang bisa diajak
untuk mengeksplorasi pikiran kita. Pasti nanti jawabannya bakal ketemu...
Thursday, May 10, 2007
Ignorance or what???
Di sebuah milis yang saya ikuti sedang berlangsung diskusi yang cukup hangat mengenai mentalitas bangsa. Bukan karena itu saya menuliskan sebuah pengalaman, yang menurut saya cukup memalukan:-( Tapi karena percakapan saya dengan Yanda-nya anak-anak semalam, yang mengomentari sebuah souvenir hasil arogansi seorang pria di wajah saya:-)
Dulu... jaman kuliah, beberapa tahun yang lalu.
Suatu siang yang cukup terik, saya harus menempuh perjalanan kurang lebih 10km menuju kampus karena hari itu saya harus memanen bakteri hasil biakan. Angkot Cicaheum-Ledeng jadi pilihan saya saat itu, karena malas jalan jika menggunakan angkot pink yang sekali duduk, langsung sampai dekat kampus:-)
Dari terminal Cicaheum, angkot jenis kijang yang saya tumpangin cukup penuh walau belum bisa dibilang padat. Setelah dipaksa, akhirnya sang sopir mau juga memberangkatkan angkotnya. Belum separuh jalan, akhirnya angkot menjadi padat, 2penumpang di depan, 5penumpang (plus bayi) di bangku pendek, 6penumpang di bangku panjang, dan 2penumpang di bangku tambahan. Rupanya kondisi angkot yang padat ini belum memuaskan hasrat mencari uang sang sopir, hingga mengangkut seorang lelaki muda (early 30-es) lagi. Mau tidak mau, saya menggeser pantat memberi sedikit space untuk laki-laki tersebut.
Panas bukan kepalang, nyaris tidak ada pertukaran udara, karena tidak ada satu jendelapun dibuka. Pengapnya cukup terbayang, ditambah tangis sang bayi yang kekurangan oksigen, plus kepanasan.
Dengan santai, laki-laki sebelahku (L) mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya.
Dea (D): "A' punten ya... bisa gak rokoknya dimatiin. Pengap, kasian ada bayi"
L: "Kalau mau enak jangan naik angkot, naik taksi sana!" (sengit)
D: "Saya cuma minta tolong, kalau gak mau gak apa-apa"
L: "Perempuan diem, mun heunteu... digampar ku urang"
Belum kering mulut-nya bicara, punggung tangannya mendarat telak di mata sebelah kananku. Refleks, aku menoleh ke arahnya dan memberikan sebuah bogem mentah ke arah mukanya. Sakit atau enggak kurang tau ya... Yang jelas setelahnya jari tanganku cukup sakit:-)
Puaskah laki-laki itu? Tidak!
Masih ia menarik jilbabku hingga sebagia rambutku tersibak dan memukul punggungku beberapa kali, sebelum dilerai oleh seorang mahasiswa.
Apa yang terjadi pada penumpang angkot yang lain?
Terkesima sepertinya :-)
Belakangan mereka berkomentar... "Kirain suami-istri lagi berantem"
OMG, jadi kalau suami-istri berantem terus istrinya disiksa... Tetangga cuma ngeliatin doank??!?!?! Apa sih yang terjadi? Masyarakat udah pada sakit apa?
Cerita di atas adalah penggalan kisah nyata yang saya alami. Namun, cukup mewakili apa yang terjadi pada masyarakat saat ini.
"Ya, selama bukan gw yang dirugikan... gak apa-apalah! Orang lain ini!"
kamus:
A' punten: Mas permisi...
mun heunteu... digampar ku urang: kalo enggak, saya pukul