Di sebuah milis yang saya ikuti sedang berlangsung diskusi yang cukup hangat mengenai mentalitas bangsa. Bukan karena itu saya menuliskan sebuah pengalaman, yang menurut saya cukup memalukan:-( Tapi karena percakapan saya dengan Yanda-nya anak-anak semalam, yang mengomentari sebuah souvenir hasil arogansi seorang pria di wajah saya:-)
Dulu... jaman kuliah, beberapa tahun yang lalu.
Suatu siang yang cukup terik, saya harus menempuh perjalanan kurang lebih 10km menuju kampus karena hari itu saya harus memanen bakteri hasil biakan. Angkot Cicaheum-Ledeng jadi pilihan saya saat itu, karena malas jalan jika menggunakan angkot pink yang sekali duduk, langsung sampai dekat kampus:-)
Dari terminal Cicaheum, angkot jenis kijang yang saya tumpangin cukup penuh walau belum bisa dibilang padat. Setelah dipaksa, akhirnya sang sopir mau juga memberangkatkan angkotnya. Belum separuh jalan, akhirnya angkot menjadi padat, 2penumpang di depan, 5penumpang (plus bayi) di bangku pendek, 6penumpang di bangku panjang, dan 2penumpang di bangku tambahan. Rupanya kondisi angkot yang padat ini belum memuaskan hasrat mencari uang sang sopir, hingga mengangkut seorang lelaki muda (early 30-es) lagi. Mau tidak mau, saya menggeser pantat memberi sedikit space untuk laki-laki tersebut.
Panas bukan kepalang, nyaris tidak ada pertukaran udara, karena tidak ada satu jendelapun dibuka. Pengapnya cukup terbayang, ditambah tangis sang bayi yang kekurangan oksigen, plus kepanasan.
Dengan santai, laki-laki sebelahku (L) mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya.
Dea (D): "A' punten ya... bisa gak rokoknya dimatiin. Pengap, kasian ada bayi"
L: "Kalau mau enak jangan naik angkot, naik taksi sana!" (sengit)
D: "Saya cuma minta tolong, kalau gak mau gak apa-apa"
L: "Perempuan diem, mun heunteu... digampar ku urang"
Belum kering mulut-nya bicara, punggung tangannya mendarat telak di mata sebelah kananku. Refleks, aku menoleh ke arahnya dan memberikan sebuah bogem mentah ke arah mukanya. Sakit atau enggak kurang tau ya... Yang jelas setelahnya jari tanganku cukup sakit:-)
Puaskah laki-laki itu? Tidak!
Masih ia menarik jilbabku hingga sebagia rambutku tersibak dan memukul punggungku beberapa kali, sebelum dilerai oleh seorang mahasiswa.
Apa yang terjadi pada penumpang angkot yang lain?
Terkesima sepertinya :-)
Belakangan mereka berkomentar... "Kirain suami-istri lagi berantem"
OMG, jadi kalau suami-istri berantem terus istrinya disiksa... Tetangga cuma ngeliatin doank??!?!?! Apa sih yang terjadi? Masyarakat udah pada sakit apa?
Cerita di atas adalah penggalan kisah nyata yang saya alami. Namun, cukup mewakili apa yang terjadi pada masyarakat saat ini.
"Ya, selama bukan gw yang dirugikan... gak apa-apalah! Orang lain ini!"
kamus:
A' punten: Mas permisi...
mun heunteu... digampar ku urang: kalo enggak, saya pukul
Thursday, May 10, 2007
Ignorance or what???
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment