Sebenearnya rada bingung juga mau nulis di mana. AKhirnya, nulis di sini aja dech...
Baru sempet googling hari ini...
menurut situs ini jumlah penduduk Indonesia 227 juta jiwa
Dan menurut situs yang ini ada sebanyak 176,3 juta DPT
Artinya ini sudah 77.7% penduduk Indonesia yang memiliki hak pilih.
Siapa yang memiliki HAK PILIH
1. Setiap penduduk Indonesia yang sudah berumur min. 17tahun
2. Setiap penduduk Indonesia yang sudah menikah (walaupun belum berusia 17tahun)
Sayangnya saya tidak menemukan data berapa banyak penduduk Indonesia yang berusia di bawah 17tahun.
tapi artinya 50,7jt jiwa penduduk Indonesia belum memiliki hak pilih.
masih menurut data dari situs ini, katanya setiap tahun penduduk Indonesia rata-rata bertambah 3,2 juta jiwa.
Kalau kita pakai perhitungan rata-rata, artinya penduduk Indonesia yang berusia di bawah 17tahun, sekitar 50jt jiwa.
Mirip ya... sama hasil DPT yang dikeluarkan oleh KPU.
Terus yang dibilang banyak pemilih yang belum masuk DPT itu datanya dari mana?
atau pertanyaannya harus saya ubah, KPU ambil data DPT dari mana?
Soalnya banyak juga teman-teman saya yang teriak-teriak belum terima surat undangan pemilih, sementara telah memenuhi syarat berusia min. 17tahun ataupun sudah menikah.
Sekarang jadi SUPER BINGUNG!!!
tapi biar githu, saya sudah menggunakan HAK saya untuk memilih...
Wednesday, July 08, 2009
Dinamika Seputar PilPres
Friday, April 10, 2009
I don't know where to complain...
Dear God...
It crashed inside, YOU know...
having something bothering me, but still I just know that I can not do anything about it.
Or may be I know....
Or may be I just don't want people around me calling me pathetic, make big of such small thing...
Or may be I just can't let go!!!
GOD...
it's burning inside...
everytime I thought it was finished.
History! But then... I kept on thinking THAT!!!
plus, someone's nagging me about
"What's the point of joining it?
If it can not give you, or even protect you.
If it has its own rule,
how come...
how come...
how come..."
Guess, it's still up to me to letting it go.
Please do not nagging me about it.
Ever! Again!
I had enough!
And you...
I really hope this one works for you.
And you have your definition of success...
Friday, September 12, 2008
Meng-install Kebahagiaan
Pernah sih satu hari saja, dalam hidup... kita merasa kehilangan kebahagiaan? Ada yang pernah, tapi gak sedikit yang merasa gak pernah kehilangan kebahagiaan...
Istilah meng-install kebahagiaan ini, saya dapat saat berbicara dengan seorang teman yang belakang ini, cukup sering bersentuhan dengan kehidupan saya. Begini beliau bilang waktu bertemu, "Dea... aku bahagia sekali"
"Kenapa mbak...?" Menurut hemat saya, bahagia itu harus ada sebab-nya.
"Gak kenapa-napa... aku bahagia aja." Saya melongo, hehehe... kemudian beliau melanjutkan, "Kamu tau gak, Dea... kita bisa menginstall kebahagiaan itu."
"Caranya mbak?" Masih syok gak ngerti.
"Begini, setiap kamu merasakan kebahagiaan, coba kamu resapi rasa bahagia itu sambil pegang daerah tertentu di tubuh kami. Kalau saya, selalu begini." Beliau mempraktekkannya, tangan beliau sedikit terkepal a la pendekar shaolin, namun hanya ujung jadi telunjuk kanan yang menyentuh buku jadi telunjuk kiri. "Saya sedang meng-install kebahagiaan."
"Terus..."
"Setiap kali saya menemukan momen yang membuat saya bahagia, saya install... Setiap kali saya merasa kurang bahagia, saya pegang bagian ini, "beliau menunjuk buku jari telunjuknya, "Dan rasa bahagia kembali menyelusup di hati saya..."
"Subhanallah... Bisa ya mbak?"
"Bisa, Dea... kamu juga bisa coba meng-install kebahagiaan sama anak-anak kamu..."
"Caranya mbak?" Semakin tertarik...
"Jadi setiap kali, kamu mempunyai momen yang menyenangkan dengan anak-anak, katakan sambil menepuk bahu kanan-nya, aduh... Mami seneng dech kita dibasa main hari ini. Atau.. kamu seneng hari ini, De... coba cerita smaa Mami kenapa? Dengan cara begini, kita meng-install kebahagiaan pada anak."
"Gunanya?"
"Salah satunya, setiap kali kita minta anak melakukan tugas yang kurang menyenangkan misalnya, gosok gigi. Kita tepuk bahunya, sambil kita katakan, sikat gigi yuk, Dek..."
Sesungguhnya, saat kita mencari kebahagiaan di luar diri kita, kita telah menyia-nyiakan hal-hal berharga di sekeliling kita.
Yuk, kita mulai mensyukuri setiap nikmat yang telah dilimpahkan pada kita.
Mertua yang penuh pengertian
Suami yang bertanggungjawab
Anak-anak yang cerdas
Lingkungan yang mendukung
Oksigen yang selalu tersedia untuk kita hirup...
Astaghfirullah...
nikmat apalagi yang aku dustakan selama ini, ya Rabb...
Tuesday, September 09, 2008
Ibu Rumah Tangga
Keputusan berdua.
Dulu waktu memutuskan, aku tinggal di rumah, bukan serta merta itu adalah keputusanku sendiri. Tapi hasil pertimbangan masak-masak, kami berdua dilihat dari aspek-aspek kehidupan yang menurut kami sangat penting untuk diperhatikan.
Nah, ke depannya... jika ada yang melihat, bahwa sebagai wanita akhirnya Bunda tidak mandiri secara finansial, itu merupakan buah dari keputusan kami berdua.
Tapi... bukan berarti ketidakmandirian finansial ini lantas membuat Bunda, gagap dalam mengambil keputusan.
Sudah sepantasnya donk... tiap keputusan yang diambil oleh perempuan bersuami, harus melalui ijin dan ridho suami. Jadi, kalau tiap kali ambil keputusan 'penting' Bunda selalu konsultasi sama Imam Bunda, bukan dilandasi oleh ketidakmandirian finansial, tapi atas dasar semua tindakan istri harus melalui ridho suami.
Nah, perkara ada orang lain, yang melihatnya dengan cara yang berbeda. Alhamdulillah... silahkan aja. Namanya hidup, yang memberinya warna adalah perbedaan pendapat kan...
Kata orang sih dilema... Apa iya begitu???
Monday, August 11, 2008
ME Time!!!
Senin kemarin Bunda dapat AHa baru tentang kehidupan...
Sepertinya, akhir-akhir ini semua berjalan pada rel yang gak pernah Bunda duga sebelumnya. Misalnya kenapa Bunda pernah baca sebuah buku X dan menyebutkannya di hadapan Y. Bagaimana Bunda bisa punya keinginan menjadi A setelah ikutan seminar B.
Selama ini Bunda memahami, ME Time yang harus disediakan oleh work @ home mom seperti Bunda ini adalah meluang waktu untuk diri sendiri, tujuannya untuk bersenang-senang.
Aduuuh, akhirnya Bunda sampai pada kesadaran bahwa ME Time!!! ini not as simple as it, walopun ternyata bisa rumit, atau malah makin simple! Nah, lho...
ME Time!!! Pada dasarnya adalah waktu yang kita luangkan (ternyata gak perlu lama) untuk kembali mengenali diri kita sendiri. Re-charging energy!
Bagaimana caranya? As simple as do something FUN!
Ternyata hal se-simple ini, kadang sulit didefinisikan. Karena saat itu banyak sekali gaya hidup di sekeliling kita yang mendefinisikan kembali arti dari FUN yang sesungguhnya.
Makin bingung?
FUN a.k.a KESENANGAN sebenarnya tidak perlu dicari keluar. Semua ada di dalam diri kita, hanya saja seringkali KESENANGAN begitu tertimbunnya oleh masalah, paradigma, perilaku, pikiran yang membuatnya semakin dalam bersembunyi.
Padahal untuk FUN, yang perlu dilakukan hanya kembali ke fitrah dasar kita, menjadi seperti anak-anak (bukan kekanak-kanakan...)
Coba kita kembali ke masa kanak-kanak kita, apa yang membuat hidup anak-anak selalu ceria. Salah satunya karena mereka hidup dalam keKINIan, hidup mereka untuk saat ini buka masa lalu ataupun masa datang.
Bagaimana anak-anak menjalani hidup mereka, cuma ada beberapa rahasia yang sepantasnya kita semua tahu: JOY, IMAGINATIVE, UNCONDITIONAL LOVE, FREEDOM, HONEST, PLAY.
Friday, April 11, 2008
Hei, Kamu!!!
Hei Kamu yang sok tahu!!!
Kamu boleh merasa tau segalanya...
Tapi bukan berarti kamu boleh menghakimi orang yang tidak sependapat dengan Kamu!
Kamu boleh teriak-teriak bahwa Kamu adalah orang paling demokratis sedunia, tapi biar dunia melihat kalo Kamu sebenarnya sangat otoriter.
Kamu boleh berbicara seenak udel kamu dengan tameng SARA
Tapi tau gak sih, kalo Kamu bakal terlihat munafik dengan topeng itu.
Silang pendapat itu hal yang biasa di dunia ini.
Sama biasanya dengan orang buang hajat.
Jadi Kamu gak perlu merasa paling benar.
Jangan lihat dunia cuma dengan mata kepala Kamu sendiri, sama aja sama Kuda.
Kamu harus belajar melihat dunia dari kacamata orang lain.
Itu namanya EMPATI.
jadi Kamu, maaf kalo saya gak mau dekat-dekat Kamu.
kamu orang paling munafik yang pernah saya kenal.
Teriak-teriak terdzalimi, padahal....
pernahkah Kamu merasa kalau Kamu sudah mendzalimi orang lain dengan sikap sok demokratis Kamu??
Maaf ya, saya cuma bisa bilang...
Kamu silahkan jauh-jauh dari hidup saya!!!
Thursday, March 27, 2008
Business Trip
Beberapa hari ini kepala rasanya mau pecah saja. Ide-ide yang ada di kepala sudah saling menyeruduk minta dikeluarkan dengan teratur. Mulai dari ide bisnis baru, artikel untuk bizy-online, rencana browsing untuk penanganan luka bakar untuk panduankeselamatan, hingga memoles gambar untuk beberapa web-ku termasuk tokodea.com
Belum lagi seorang rekan datang menagih janji untuk review materi presentasi-nya. Hmm, kalo ditulis sepertinya sibuk betuuul...
Judul tulisan ini sebenarnya terbersit ketika sedang berjalan di siang terik menuju wartel. Kenapa bisa saya mencari wartel.
Alasan pertama: Kompie ngadat, setidaknya menurut anggapan saya yang sedikit gagap teknologi.
Alasan kedua: Ada order yang harus segera dirilis agar saya bisa terima barang besok. Gak bisa pake imel, per telpon diminta suruh fax. Ya sudah... Produsen punya kuasa. Sementara gak bisa ng-fax tanpa kompie...
Gak masalah, tinggal bawa payung, toh wartel cuma berjarak kurang lebih 200meter dari rumah. Apa iya masalah selesai? Ternyata wartel tutup. Terpaksa berjalan sekitar 200meter lagi menuju wartel selanjutnya.
Sampai di sana disambut senyum, rupanya pegawai wartel sedang makan siang. "Bisa sih Bu, tapi harus nunggu 30menit-an... yang jaga wartel lagi keluar"
Aduh biung... begimana ini. Order harus dirilis.
Gak papa dech, jalan sedikit lagi ketemu juga wartel yang bisa nge-fax. Alhamdulillah. Pulang kembali melalui jalur tadi di tengah siang dengan sinarnya yang menggigit.
Di Bandung kemarin lain lagi.
Pergi ke sentra bahan di daerah Tamim. Hmm, ternyata kami salah hari. Hari Minggu TUTUP. Terpaksa menelan kecewa, ujung-ujungnya mborong jilbab, karena mantan pacar tercinta gak terlalu suka liat saya memakai bergo. (You're the boss, Pak!)
Senin kembali ke sana. Untungnya punya Made yang dulu-nya merchandiser pas masih aktif kerja. Jadi tau tempat-tempat mana yang jual bahan A, B, C. Gak perlu keliling terlalu jauh. Tinggal masuk toko tempat langganan Made dulu.
Di sana juga belajar. Ternyata tiap bahan ada gunanya masing-masing. Jadi inget omongannya Pak Haji Alay, "tiap barang ada jodohnya". Pelayan toko gak pelit untuk kasih saran, bahkan ketika salah orderpun, ia tetap melayani dengan ramah.
Sekarang bahan hasil BT udah di tangan, design udah ada, kenapa kaki belum bergerak juga menuju konveksi ya?
dasar MALAS MALAS MALAS!!!
Thursday, March 13, 2008
Resiko
Singkat cerita sih, kalau nggak mau menanggung resiko, ya... jangan hidup:-)
Biar bagaimanapun, setiap detik kehidupan kita adalah konsekuensi dari tindakan yang kita ambil beberapa saat sebelumnya.
Dalam hidup apapun ada konsekuensinya.
Termasuk jatuh cinta:-)
Lho, kenapa Bunda tiba-tiba jadi ngomongin cinta?
Setahun terakhir ini, Bunda dipusingkan dengan curhat seorang Tante tentang kisah masa lalu-nya. Menurut Bunda sih udah gak realistis, kalo si Tante ini masih sebegitu mellow-nya ama masa lalu-nya. Secara si Tante udah beranak pinak juga (aduh, Bunda bahasanya...)
Ada sih yang namanya putus baik-baik?
Sepanjang perjalanan hidup Bunda, gak ada tu yang namanya putus baik-baik, trus kita langsung akrab lagi ama si mantan. Aduuuh, ada gak ya?
Apalagi mengingat stoy-nya si Tante ini, aduh... Bunda yakin banget butuh proses yang cukup panjang untuk sekedar memaafkan diri sendiri, kemudian memaafkan sang mantan.
Kisah si Tante ini kalo dibikin sinetron, hmm... Bunda yakin bisa laku keras. Gimana enggak... abis kisahnya too good (atau too tragic ya...) to be true:-)
Duh, kalo Bunda gak kenal si Tante ini bertahun-tahun lamanya, belum tentu Bunda percaya ama kisahnya. Tapi... untung-nya bertahun-tahun yang lalu, Bunda udah pernah nemenin si Tante yang sedang nangis meraung-raung karena patah hati. Episode setahun belakangan ini, masih kelanjutan episode bertahun-tahun yang juga, tapi minus episode raung-raung, yah... meratap mah adalah...
Bukan kisah cinta-nya si Tante yang akan Bunda sorot.
Tapi mantan-nya si Tante ini, sampe saat ini kok sepertinya enggan memetik buah dari setiap benih yang ditebar ya... Kalo hasilnya gak puas, ya... harusnya tanggung sendiri akibatnya kan, gak usah ngajak-ngajak orang ikutan berkubang lumpur:-P
Resiko pekerjaan beda lagi.
Siapa sih yang gak bingung dihadapkan pada dua pilihan karier cemerlang. Dulu sempet juga Bunda dihadapkan pada pilihan untuk bekerja di sebuah bank ternama atau kerja di pulau terpencil jauh dari orang tua tapi deket ama pacar.
Buah dari pilihan Bunda keliatan sekarang kan... Mungkin di awal gak terlalu manis, tapi indah kok...
Jadi setiap pilihan itu ada resiko-nya. Ada yang keliatan langsung seperti cash reward or cash penalty, atau baru dituai di kemudian hari...
So watch out your step!!!
Tuesday, February 05, 2008
Jangan Ngukur baju di badan sendiri doonk!!!
Dalam menjalani hidup, nyaris mustahil untuk menghindari interaksi dengan individu lain. Nah, dalam berinteraksi ini pastinya sering terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan tanda tanya di hati.
Mau gimana lagi, wong banyak banget orang di dunia ini, dan gak semuanya bisa kita mengerti... Ada yang dengan bersemangat bilang, "Gw udah banyak baca info seputaran kadar kaporit dan gunanya untuk kolam renang. Gw rasa, anak gw sakit karena kolam di sekolah cuma pake air PAM" (glek, Bunda cuma senyum... abis yang sakit anaknya doank, sementara anak-anak lain sehat wal'afiat)
Ada lagi yang pernah minta bantuan Bunda untuk nyari orang via internet, info yang dikasih cuma nama anaknya dan dulu anaknya lulusan sekolah X. (bunda bengong... bingung buat kasih jawaban)
Teman lain, selalu menghubungkan sesuatu dengan berapa besar rupiah yang bisa dihasilkan atau harus dikeluarkan jika minta tolong sesuatu, menurutnya gak ada dech tuh namanya FREE LUNCH (bunda berusaha maklum, tapi gak semua hal bisa diukur ama rupiah kan...)
Yang lain, tiap kali Bunda bawa makanan baru... "Jual aja lagi, titipin aja ke tempat X kayak gw." Gak cuma sekali, tapi tiap kali Bunda bawa menu baru, sampe pernah Bunda gondok, akhirnya Bunda bilang begini, "Makanan model gini, mau dijual harga berapa?"
Ny. X bilang, "Jual aja sekian rupiah?"
Bunda bales, "Coba hitung ya... ini yang gw keluarin buat tuh masakan... kira-kira harga segitu nutup gak sih?"
Since then... Ny. X gak pernah ganggu Bunda tentang jual-jual makanan lagi. Duh... Bunda bukannya gak pengen jualan makanan, sekali dua pernah juga terlintas niat untuk itu (hehehe) tapi semua ada pasarnya. Misal nie, untuk pasar A, kita pake bahan X; untuk pasar B, harus bahan Y yang dipake.
Ada lagi yang mengukur hidupnya dengan keberadaan selembar kertas yang dikasih nama curriculum vitae, berapa banyak proyek yang ditangani, berapa besar jumlah dollar yang terkumpul di rekeningnya.
Sampe Bunda pernah bilang sama Yanda, "Mas... kalo ada orang yang bertanya bagaimana aku mengukur suksesku. Aku jawabnya gimana ya?"
Yanda, lagi-lagi gak pernah bosen menjawab pertanyaan2 Bunda yang kadang oon dengan jawaban yang cukup bijak, "Ya balik lagi donk Bun... tujuan-mu selama ini apa?"
Hmm, emang susahnya bergaul sama orang...
Seringkali kita menilai dan memberi label orang menurut cara pandang kita. Ngukur baju di badan sendiri, kata orang tua dulu... Seharusnya kita sebagai makhluk sosial lebih pandai berempati.
Padahal walopun rambut boleh sama hitam, tapi pikiran kan punya masing-masing ya...
Friday, December 14, 2007
Malu Bertanya Sesat Di Jalan
Pepatah lama ini seringkali kita dengar, dipraktekan? Belum tentu.
Alasannya bisa saja bervariasi, mulai dari takut kelihatan bodoh, hingga gengsi untuk bertanya.
Jangan pernah takut bertanya, even if the question is sound silly:-)
Gak pernah ada yang namanya pertanyaan bodoh:-)
Yang ada mungkin, penanya yang malas mencari jawaban.
Terkadang mungkin kita KESAL, karena pertanyaan yang dilemparkan begitu mudah, jawabannya tersedia HAMPIR di setiap tempat:-)
Coba kita ubah point of view-nya, berempati terhadap sang penanya. Bagaimana kondisinya, tingkat pendidikan, paparan-nya terhadap hal tersebut, effort-nya untuk bertanya, masih banyak lagi...
Jadi bertanyalah, selama bertanya itu masih diperbolehkan:-)
So Mam, I asked that question, bcoz I don't know the answer. You're the expert. So I asked. Just bcoz you know the answer, it doesn't mean you can make fun of me!!! GOSH!
Monday, October 22, 2007
Perkenalan-ku dengan DUA orang WANITA
Entah bagaimana takdir membawaku harus mengenal kedua wanita ini. Tapi bagaimanapun, keduanya memberikan pelajaran menarik tentang bagaimana menghargai hidup dan kehidupan, berikut dengan segala sukaduka nya.
Wanita pertama
Tidak sekolah tinggi, hanya cukup bisa menbaca. Saat diminta untuk mengeja BACA, beliaupun masih mengeja-nya dengan "Be-A-Te-Je-A"
Itupun tidak menyurutkan semangatnya untuk berusaha kerasa, agar anak-anaknya bersekolah di tempat yang baik.
Semangat hidupnya pun tidak luntur, kala harus mengurus ke-enam anak seorang diri, tak kala harus ditinggal pergi suami merantau (tanpa kabar berita, pun nafkah). Keluh kesah mungkin meluncur dari bibirnya, tapi tidak pernah terbersit keinginan untuk mencari pengganti suami-nya yang pergi nyaris tanpa kabar.
Pun ketika sang suami tercinta kembali tanpa membawa hasil sepeserpun dan tak lama kemudian sakit, hingga akhirnya menutup mata untuk selamanya. Kesetiaannya tidak tergoyahkan.
Wanita kedua
Beberapa tahun mengenalnya, aku tahu bahwa beliau telah menikah dua kali. Bukan hal aneh buat-ku. Belakangan aku tahu, ternyata beliau menyandang status POLIANDRI. Naudzubillah min dzalik. Status yang sama sekali tidak pernah terpikir olehku.
Di balik senyumnya yang hangat, ternyata tersimpan kekejaman yang tiada (setidaknya menurut pandangan pribadiku). Sudah nyaris puluhan tahun, sang wanita ini menyembunyikan suami pertama-nya yang menyandang kusta, di bilik bambu belakang rumahnya. Sementara di rumah utama milik suaminya tsb. ditinggalinya bersama suami kedua. Tidak cukup sampai di situ, ternyata untuk biaya hidup sehari-hari, mereka masih menggunakan uang pensiuanan sang suami penyandang kusta tersebut.
Puluhan tahun disembunyikan, bukan hanya sakitnya yang tidak membaik, kewarasannyapun aku pertanyakan.
Entah motif apa yang berkelebat dalam jiwa dan pikiran sang wanita. Aku tak dapat membaca, bukan pula dalam porsiku untuk menilai.
Aku hanyalah seorang pembelajar...
Friday, July 20, 2007
Jika tak tahu apa yang Anda inginkan, jangan bilang Anda tak pernah punya kesempatan
Orang yang mengeluh dengan suara paling lantang, tak pernah mendapat kesempatan dalam hidupnya, biasanya adalah orang yang selalu punya alasan tentang sebab-sebab kegagalan mereka. Tak satu pun dari sebab-sebab in; adalah kesalahan mereka. Mereka hanya korban keluarga, korban lingkungan, tidak mendapatkan kecukupan pendidikan, dan banyak lagi faktor-faktor lainnya, yang menurut mereka, membuat mereka kurang beruntung. Mereka selalu bisa menemukan alasan tentang mengapa mereka tidak berusaha mengerjakan sesuatu atau tidak bertekun sampai berhasil.
Sebaliknya, orang-orang sukses tak pernah mencari alasan. Mereka bertanggungjawab atas tindakantindakan mereka. Mereka menetapkan tujuan-tujuan dan menganggap, pencapaian prestasi adalah tanggungjawab mereka. Jika orang gagal melihat kemalangan, mereka melihat harapan. Mereka menghadapi setiap situasi dengan antusias, percaya kepada diri sendiri karena tahu, tak ada yang mustahil bagi orang-orang yang mempunyai sikap mental positif.
sumber: tabloid Aura
Di beberapa milis yang Bunda ikuti, ada aja yang mengeluh soal kehidupan yang berjalan sesuai dengan keinginannya. Well... you are what you deserve, gal!!!
Ngerti donk maksud Bunda...
Apa yang kita terima saat ini, adalah hasil dari apa yang telah kita kita lakukan. Kalau kita menebar angin, mungkin kita akan menuai badai...
Kalau kehidupan perkawinan kita ada masalah... Jangan hanya melihat dari sudut pandang kita aja, coba lihat dari sudut pandang suami, anak, ortu (termasuk mertua), ipar, teman, tetangga, dan lain-lain...
Banyak yang merasa sudah berkomunikasi, tapi berkomunikasi atau berbicara pada pasangan... beda lho...
Intinya sih...
Artikel yang Bunda temui di tabloid langganan Bunda kayak jadi pencerah beberapa masalah dech:-)
Thursday, July 05, 2007
Tau sedikit tentang banyak hal = NOTHING!!!
Dulu rasanya, senang sekali belajar banyak hal-hal baru. Rasanya hampir semua hal yang menarik perhatian, dipelajari. Mulai dari bikin tas dari manik-manik, bikin kartu pop-up handmade, sulam benang, sulam pita, crochetting, macrame... semua dipelajari.
Tapi akhirnya apa?
Saya end up tanpa keahlian akan sesuatu... hiks.
Saat ini, seringkali saya bertanya pada diri sendiri. Keahlian gw sesungguhnya apa ya? Ini bisa dikit, itu bisa dikit... Yang beneran ahli apa?
Keahlian yang bisa dibisnisin apa? Bukan sekedar buang-buang duit, karena hari ini lagi hobi bikin sulam benang, atau kemaren niat bikin ponchette crochet buat aKia...
Duh, Bunda... jangan bingung terus-terus ya...
Thursday, May 31, 2007
Susahnya jadi ATHEIS...
Pernah berada pada kondisi di mana akhirnya kita harus pasrah pada keadaan?
Bukan sembarang pasrah, tapi pasrah karena kita sudah melakukan berbagai upaya, sekuat tenaga, tapi hasil dari usaha kita belum juga menunjukkan hasilnya?
Aku pernah.
Beberapa waktu yang lalu...
Aku lagi kejar target tutup poin untuk naik ke level selanjutnya di bisnis online-ku. Rasanya usaha yang aku lakukan udah abis-abisan dech...
Belanja udah. Ngingetin para down*line juga gak pernah ketinggalan. Cari prospek juga terus dilakukan.
Tapi pas tutup poin, kok gak target juga ya...
Sampe akhirnya aku pasrah. Udah dech... what will be, will be...
Tutup buku, gak minta-minta lagi AR terakhir. Cukup sudah!!
Sampe suamiku bilang gini, "Kamu sudah usaha maksimal. Kalau target tidak tercapai, artinya emang belum rejeki kamu."
Di hari ke sekian bulan baru, aku baru berani minta AR bulan lalu.
TARRRRA!!!!
Ternyata ALHAMDULILLAH... Aku naik level:-) Terima kasih ya ALLAH.
Aku yakin, gak sedikit yang pernah berada pada posisi seperti aku. Sudah usaha mati-matian, kayaknya setiap celah sudah dicoba, setiap lubang gak lupa ditambal... tapi kok target masih gak tercapai... sampe akhirnya pasrah...
Pernah membayangkan! Jika seorang Atheis berada pada posisi seperti ini?
Karena gak percaya sama konsep KETUHANAN... artinya ia gak punya tempat bersandar ketika semua hal telah dilakukan.
Sibuk mencari kesalahan diri sendiri, menyalahkan orang lain, menyalahkan sistem. Padahal rejeki telah diatur sama ALLAH dengan rumus matematika yang gak pernah kita ketahui.
Susahkan... gak punya tempat meminta, gak punya tempat mengadu, gak punya tempat bersandar, tempat mencari ketenangan saat bimbang...
Duh, susahnya jadi ATHEIS...
Wednesday, May 30, 2007
Komunikasi, Jembatan Kokoh Rumah Tangga
Di sebuah milis khusus ibu-ibu yang aku ikuti, sedang hangat sharing seorang rekan yang pernikahannya di ujung tanduk.
Tak ayal, masalah ini menjadi bahan diskusi sama Yanda semalem, ujung-ujungnya kita malah jadi inget cerita tentang teman-teman kami dan pernikahannya.
Ada yang baru 9bulan nikah, akhirnya menyandang status duda.
Belakangan, setelah aku korek langsung dari orang-nya... Aku ambil kesimpulan bahwa mereka kurang mengkomunikasikan keinginan dan harapan masing-masing tentang pernikahan mereka.
Teman-ku itu (X) bilang gini, "Lha, istri gw itu... harusnya ngerti donk sama maunya gw..."
aku: "Trus elo bilang gak apa maunya elo?"
X: "hmm, gimana mau ngobrol kalo dia sewot mulu?"
aku: "Elo sadar gak, kalo mantan istri lo itu masih muda, trus elo bekep aja di rumah, daerah baru, gak punya kegiatan, elo masuk jam setengah 7pagi, pulang udah sore?"
X: "Ya sudah lah... besok-besok gw gak ngulang lagi..."
Teman lain, istri-nya kabur ke rumah orang tuanya (pulang kampung). Waktu sampe rumah sekitar tengah malam, temenku cuma disuguhi rumah kosong.
Masalahnya simple... Temen-ku itu workaholic. Maklum pekerjaannya yang AE di sebuah sole distributor merk electronik ternama gak mencukupi. Beliau merintis usaha bareng temen2nya. Denger cerita temen-ku yang sibuk ini itu sih, kami gak heran... karena kami tau Gila Kerja itu nama tengah-nya temen kami itu:-D
Tapi istrinya gak tau, karena selama pacaran... temen-ku ini hilang dari dunia persilatan, alias vacuum dari semua tempat.
Pas nikah, dengan tanggung jawab baru, mau gak mau habit dasarnya balik lagi donk...
Temenku (Y) itu bilang gini, "Gw usaha begini kan juga buat istri gw, De..."
aku: "Iya gw ngerti... tapi elo pernah cerita gak?"
Y: "Gimana gw mau cerita, malem gw pulang istri gw udah tidur. Pagi gw brkt dia sibuk ama anak... Tapi kalo sabtu minggu gw ajak dia gaul kok... ketemu temen-temen gw ama keluarganya..."
aku: "Gw gak ngebelain istri lo ya... tapi ada gak waktu yang kalian pergi, cuma untuk kalian. elo-istri dan anak?"
Y: "Tapi itu kan gak produktif..."
GLEK!!!
Buat temen kami yang ini, alhamdulillah perkawinannya menuju arah perbaikan. Masing2 pihak sudah mau melihat dan mulai menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semoga aja dalam waktu dekat mereka bisa tinggal bareng lagi... Amien.
Ada lagi... tapi kalo harus diceritakan semua, rasanya terlalu panjang.
Cuma ada satu pelajaran penting yang bisa aku petik dari semua masalah itu. KOMUNIKASI & KOMPROMI
Sangat penting untuk membangun komunikasi agar pernikahan kita berjalan sesuai yang kita inginkan, or at least sesuai dengan hasil kompromi atas keinginan kita dan suami.
Kompromi, hal yang mudah dilakukan, jika kita bisa berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi yang sebenarnya bukan sekedar kamu ngomong - aku balas... hasil dari komunikasi yang seperti ini biasanya debat kusir berkepanjangan dan berakhir dengan sakit hati.
Komunikasi yang paling baik...
kamu bicara - saya dengar-cerna baru saya bicara.
Yang sering hilang dalam proses ini adalah mendengar dan mencerna. Ini sudah menjadi sifat dasar manusia, wajar banget... kalo ada orang ngomong, kita panas dan kita mempersiapkan balasan atas kalimat-kalimatnya. Tapi hasilnya kita tidak pernah mendengar...
Di usia pernikahan kami yang menjelang tahun ke-4... Proses komunikasi yang kami lakukan masih jauh dari sempurna. Tapi kami seperti punya radar yang aktif, jika kami sudah lama gak ngobrol. Ngobrol di sini, bukan sekedar tanya kabar, cerita tentang anak, atau kegiatan apa yang dilakukan.
Tapi ngobrol dari hati ke hati. Kenapa aku berubah begini, kok kamu jadi lain... Pernikahan kita mau dibawa ke mana... Ya, bisa macem-macem dech...
Kadang yang begini bisa sambil makan... ujung2nya bisa ngobrol sampe 2jam... bolak-balik bikin teh/kopi anget :-D
Cuma kalo lagi ngobrol begini, gak boleh dibawa emosi...
Misalnya nih... suamiku bilang, "Sekarang kamu terlalu sibuk sama laptop dech Bun... Tugas utama kamu tolong jangan dilupain Bun, kasian anak-anak."
Di lain waktu, aku bilang gini "Menurutku, kamu terlalu mengorbankan kami. Kamu kerja, kuliah, pergi pagi pulang tengah malam, aku dukung 100%. Githu juga kalo wiken, kamu pake untuk ngerjain tugas kuliah. Tapi kalo saat ini kamu mau ketemuan sama temen-temen dengan alasan udah lama gak ketemuan, aku mengerti juga sepenuhnya... Tapi seberapa pentingnya sih temen2mu, dibanding main bareng sama anak2?"
Dari ngobrol ini, banyak hal yang bisa didapat, banyak keluhan yang dilontarkan. Tapi jika dihadapi dengan hati lapang dan keinginan untuk memperbaiki diri, bukan keinginan untuk bersaing... Pernikahan yang sehat adalah hasil dari semuanya.
Friday, May 11, 2007
YA!! Saya bekerja di rumah
Cukup banyak orang tua yang memutuskan untuk mulai bekerja di rumah. Berbagai alasana yang berujung pada tujuan agar dapat menikmati dan memantau secara maksimal perkembangan buah hati.
Tapi.. ketika hal tersebut mulai dijalani, rasa bangga akan keputusan yang telah dibuat terasa mulai hambar, bahkan muncul rasa tidak percaya diri yang dapat menyebabkan kita minder dari pergaulan.
Parahnya, semua berujung pada ketidaknyamanan terhadap diri sendiri. Mulai sering membentak anak, tidak ramah pada pasangan, merasa tidak punya achievement apapun. Pernah gak sih mengalami hal ini? Well, I do.
Kalau sudah seperti ini, aku berhenti 'berputar'. Kembali menata hati, memberi waktu pada diri sendiri. Biasanya, ini yang aku lakukan...
Seringkali, saat di rumah... Kita merasa dapat melakukan apa saja. Hei... Kita kan bukan orang tua super:-) Gak ada yang bisa.
Mulai tata ulang prioritas harian, mingguan, bahkan bulanan. Jangan pasang target terlalu muluk. Kita hanya bisa melakukan hal bisa kita kerjakan.
Apa itu? Time management. Pilah mana tugas yang sangat penting, penting, atau bahkan yang dapat ditunda. Penataan waktu yang fleksibel membuat kita jadi lebih bebas stress.
Apalagi ya??? Me TIME!!
Ini penting banget lho... Ngerjain bisnis dari rumah, artinya kita berbagi waktu dengan paangan, mengurus anak, housechores yang gak ada habis, sampai kadang lupa, ada diri sendiri yang harus diperhatiin.
Gak perlu merasa terlalu egois, jika week-end kita menyempatkan diri untuk hang-out sama teman-teman, sekedar window-shopping, atau creambath di salon langganan:-)
Kenapa Me TIME penting!!!
Memperhatikan diri sendiri adalah salah satu bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Hal kecil ini cukup kok untuk membuat kita segar dan semangat lagi menjalani aktivitas yang gak ada habisnya.
Yang lain? DANDAN!!!
Di rumah emang paling enak dasteran, atau pake baju butut kesayangan. Tapi aura-nya gak terlalu positif.
Contoh kasus nie. Teman saya berbagi gossip, seorang Eyang berusia 74tahun:-)
Mau ambil uang di ATM yang jaraknya cuma 200meter dari rumah, DRESS UP!!! Pake baju bagus, sepatu, bawa tas... Tapi ternyata ini adalah salah satu cara untuk membuat diri kita lebih bahagia.
Pernah, sekali waktu... Saya belajar dandan (gak mungkin donk konsultan oriflame gak tau cara pake produknya sendiri). Hasilnya, ketika kebetulan seorang sahabat dari luar kota berkunjung, bilang gini
"Ya ampun De... Cantik banget. Mau ke mana lo?" (narcis banget ya...)
Bukan apa-apa, kita butuh lho dipuji oleh orang selain, suami/istri atau anak-anak.
Lain lagi kata up*line saya, "Kita boleh belum jadi Director, yang penting gaya-nya dulu aja..."
Bukan artinya beliau mentingin gaya above another thing, tapi... berdandan seperti orang sukses akan membuat kita lebih percaya diri. Itu artinya selangkah menuju sukses.
Kalau eyang yang berusia 74tahun aja bisa, masa' kita gak bisa!
Cuma tiga hal yang keliatannya simple banget ya...
Tapi untuk melaksanakannya dibutuhkan usaha yang tidak sedikit:-) Gak percaya silahkan coba. Jangan lupa hasilnya dishare ke aku.
Tuesday, May 08, 2007
Kepercayaan...
Rasanya baru kemarin, ayahku berkata, "Tha... Ayah percaya sama kamu 100%. Tolong jaga kepercayaan ini, jangan sampe kepercayaan ini berkurang."
Saat beliau tau bahwa aku membeli buku di jatinegara, tapi minta uang seharga gramedia:-) Jaman SMA dulu... rasanya udah seabad yang lalu. Hihihi...
Takut. Rasa itu yang berkecamuk di hati.
Mulai hari itu, aku berjanji dalam hati selalu akan menjaga kepercayaan yang telah diberikan ayah.
Ayah tidak pernah protes memang... Saat aku keranjingan mode celana legging yang mencetak badan, atau kala aku melenggang menggunakan celana pendek yang mengumbar aurat. Astaghfirullah...
Kepercayaan.
Ayah selalu bilang, "Ayah percaya, anak-anak ayah bisa jaga diri dan tidak akan membuat malu orang tua."
Ketika ayah mengijinkan aku pergi camping bersama banyak teman pria, ayahpun hanya berkata, "Hati-hati."
**Saat ini, aku baru tau. Kecamuk yang beriak di dada Ayah... Banyak hal baru aku mengerti setelah menjadi orang tua. Maafkan anakmu ini Yah**
Kepercayaan juga...
Yang menjadi modal utama berbisnis.
Sekian lama aku melakukan transaksi bisnis online.
Beberapa saat yang lalu ada kejadian yang membuat aku tercenung...
**entah lugu entah pasrah, aku harus menyebutnya**
Ceritanya begini...
Hampir 3bulan yang lalu, aku pergi ke PlaNgi. Kebetulan ada SALE besar. Bukan cerita tentang SALE yang menarik. Kala itu aku melihat seorang ibu menggunakan sebentuk jilbab. Cantik, unik... Jilbab ini yang menarik:-)
Sepulang dari belanja, langsung aku browsing. Mencari penjual jilbab onLine. Tapi tidak satupun yang mirip dengan jilbab idaman:-(
Sampai bulan lalu, aku berjodoh dengan jilbab ini. Langsung aku kirim personal message ke empu-nya, dilanjutkan dengan pembicaraan per telpon.
Hasilnya sangat mengejutkan (at least untuk aku...)
Rekan (R):"Ya sudah mbak... Nanti barang-nya aku kirim. Tolong kasih alamat pengirimannya ya, kebetulan saya mau kirim barang."
Dea (D): "Tapi aku belum punya budget sekarang mbak... iALLAH akhir bulan aku ambil barangnya"
R:"Gak papa mbak... Aku kirim aja dulu. Transfer-nya bisa nanti."
MasyaALLAH Rekan-ku ini sama sekali belum mengenal aku, or at least kami belum pernah berhubungan, walaupun kami berada dalam satu komunitas.
Bagaimana kalau aku ini penipu, begitu kataku saat itu. "Ya, artinya bukan rejeki saya..."
Ya ALLAH, kepasrahan yang luar biasa:-)
Kepercayaan. Bukan yang hal mudah untuk dibangun.
Apalagi bagi kita yang menjalani bisnis onLine. Kita tidak tahu siapa klien kita atau mungkin down*line kita (secara aku menjalani m*-l-M onLine). Hanya aktivitas online, berupa posting di media2 seperti milis yang menjadi alat bantu penilaian.
Jadi, hati-hati bertindak jika tidak ingin kehilangan kepercayaan.
Saturday, April 21, 2007
Wanita Masa Kini
Ia adalah seorang pembimbing, pendampng, ibu, perawat, istri, dan seorang teman.
Ia bisa berarti banyak bagi banyak orang.
Ia adalah wanita masa kini.
Ia adalah wanita baru di setiap jaman
Ia memberi begitu banyak dan mengambil apa yang patut didapatnya.
Ia berbicara, meski itu membuatnya tidak nyaman
Ketika kehidupan memberinya asam,
Wanita Masa Kini mengambil dan mengolahnya
menjadi manisan asam atau sayur asam,
mana yang lebih kalian suka?
:-)
Sebagai wanita masa kini, aku mempunyai tujuan yang sama dengan ibu, bahkan nenekku. Aku hanya ingin merawat dan membesarkan anak-anakku di lingkungan yang sehat dan aman. Satu-satunya perbedaan antara kami adalah ibu lahir di tahun 50-an setelah kemerdekaan, sedangkan emak (nenek) lahir di tahun 30-an, setelah gunung merapi di sumatera meletus, katanya.
Ibu, tidak banyak yang bisa ku ceritakan tentang beliau. Tak banyak yang kuingat. Beliau pergi sedikit terlalu cepat, sebelum kami berbagi teralu banyak.
Emak, di usianya yang ke-13 sudah menikah dan merawat adik-adiknya. Ketika memasuki usia aqil-baligh, emak tumbuh menjadi seorang wanita dan berperan sebagai ibu dan istri. Nenek tidak pernah bekerja ataupun mengenyam pendidikan formal. Namun, saat bisnis kakek merugi, beliau melakukan apapun agar keluarga dapat bertahan.
Saat ini aku ingin melakukan yang terbaik untuk diri dan anak-anakku, seperti halnya emak. Saat ini sebagai wanita, kita telah medapatkan banyak hal; hak untuk memilih, hak untuk mendapatkan pendidikan, bahkan banyak lagi. Tapi atas nama emansipasi, kadang kita tidak mengindahkan tugas utama kita. Wanita masa kini tidak lagi meminta persamaa hak, tapi kita melangkah lebih jauh dengan gerak feminisme 'menantang' duel para pria.
Gerakan anti pornografi merupakan contoh yang cukup baik. Wanita dengan dukungan feminisme berteriak untuk mendapatkan hak kebebasan berekspresi dengan pose-pose menantang syahwat penikmat melalui berbagai media. Di saat yang lain, para feminist berteriak tentang pelecehan seksual yang dilakukan melalui lisan, tulisan, atau perbuatan yang dilakukan para pria.
Menjadi Wanita Masa Kini seharusnya berarti memberikan kontribusi pada kemanusiaan sebagai pribadi yang utuh. Ini merupakan kesatuan dari pencarian tujuan hidup, pengejawantahannya dalam hidup dan hanya bergantung pada diri sendiri.
Menjadi Wanita Masa Kini artinya ingin memiliki kue besar seorang diri, namun tidak untuk dinikmati seorang diri. Kebahagiaan Wanita Masa Kini adalah menikmati sebagian kecil dari kue besar yang telah dibagi dengan penuh kasih.
Menjadi Wanita Masa Kini artinya berjuang bahu membahu bersama pria, tanpa melupakan profesi mulianya sebagai ibu dan istri.
Selamat Hari Kartini!