Di sebuah milis khusus ibu-ibu yang aku ikuti, sedang hangat sharing seorang rekan yang pernikahannya di ujung tanduk.
Tak ayal, masalah ini menjadi bahan diskusi sama Yanda semalem, ujung-ujungnya kita malah jadi inget cerita tentang teman-teman kami dan pernikahannya.
Ada yang baru 9bulan nikah, akhirnya menyandang status duda.
Belakangan, setelah aku korek langsung dari orang-nya... Aku ambil kesimpulan bahwa mereka kurang mengkomunikasikan keinginan dan harapan masing-masing tentang pernikahan mereka.
Teman-ku itu (X) bilang gini, "Lha, istri gw itu... harusnya ngerti donk sama maunya gw..."
aku: "Trus elo bilang gak apa maunya elo?"
X: "hmm, gimana mau ngobrol kalo dia sewot mulu?"
aku: "Elo sadar gak, kalo mantan istri lo itu masih muda, trus elo bekep aja di rumah, daerah baru, gak punya kegiatan, elo masuk jam setengah 7pagi, pulang udah sore?"
X: "Ya sudah lah... besok-besok gw gak ngulang lagi..."
Teman lain, istri-nya kabur ke rumah orang tuanya (pulang kampung). Waktu sampe rumah sekitar tengah malam, temenku cuma disuguhi rumah kosong.
Masalahnya simple... Temen-ku itu workaholic. Maklum pekerjaannya yang AE di sebuah sole distributor merk electronik ternama gak mencukupi. Beliau merintis usaha bareng temen2nya. Denger cerita temen-ku yang sibuk ini itu sih, kami gak heran... karena kami tau Gila Kerja itu nama tengah-nya temen kami itu:-D
Tapi istrinya gak tau, karena selama pacaran... temen-ku ini hilang dari dunia persilatan, alias vacuum dari semua tempat.
Pas nikah, dengan tanggung jawab baru, mau gak mau habit dasarnya balik lagi donk...
Temenku (Y) itu bilang gini, "Gw usaha begini kan juga buat istri gw, De..."
aku: "Iya gw ngerti... tapi elo pernah cerita gak?"
Y: "Gimana gw mau cerita, malem gw pulang istri gw udah tidur. Pagi gw brkt dia sibuk ama anak... Tapi kalo sabtu minggu gw ajak dia gaul kok... ketemu temen-temen gw ama keluarganya..."
aku: "Gw gak ngebelain istri lo ya... tapi ada gak waktu yang kalian pergi, cuma untuk kalian. elo-istri dan anak?"
Y: "Tapi itu kan gak produktif..."
GLEK!!!
Buat temen kami yang ini, alhamdulillah perkawinannya menuju arah perbaikan. Masing2 pihak sudah mau melihat dan mulai menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semoga aja dalam waktu dekat mereka bisa tinggal bareng lagi... Amien.
Ada lagi... tapi kalo harus diceritakan semua, rasanya terlalu panjang.
Cuma ada satu pelajaran penting yang bisa aku petik dari semua masalah itu. KOMUNIKASI & KOMPROMI
Sangat penting untuk membangun komunikasi agar pernikahan kita berjalan sesuai yang kita inginkan, or at least sesuai dengan hasil kompromi atas keinginan kita dan suami.
Kompromi, hal yang mudah dilakukan, jika kita bisa berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi yang sebenarnya bukan sekedar kamu ngomong - aku balas... hasil dari komunikasi yang seperti ini biasanya debat kusir berkepanjangan dan berakhir dengan sakit hati.
Komunikasi yang paling baik...
kamu bicara - saya dengar-cerna baru saya bicara.
Yang sering hilang dalam proses ini adalah mendengar dan mencerna. Ini sudah menjadi sifat dasar manusia, wajar banget... kalo ada orang ngomong, kita panas dan kita mempersiapkan balasan atas kalimat-kalimatnya. Tapi hasilnya kita tidak pernah mendengar...
Di usia pernikahan kami yang menjelang tahun ke-4... Proses komunikasi yang kami lakukan masih jauh dari sempurna. Tapi kami seperti punya radar yang aktif, jika kami sudah lama gak ngobrol. Ngobrol di sini, bukan sekedar tanya kabar, cerita tentang anak, atau kegiatan apa yang dilakukan.
Tapi ngobrol dari hati ke hati. Kenapa aku berubah begini, kok kamu jadi lain... Pernikahan kita mau dibawa ke mana... Ya, bisa macem-macem dech...
Kadang yang begini bisa sambil makan... ujung2nya bisa ngobrol sampe 2jam... bolak-balik bikin teh/kopi anget :-D
Cuma kalo lagi ngobrol begini, gak boleh dibawa emosi...
Misalnya nih... suamiku bilang, "Sekarang kamu terlalu sibuk sama laptop dech Bun... Tugas utama kamu tolong jangan dilupain Bun, kasian anak-anak."
Di lain waktu, aku bilang gini "Menurutku, kamu terlalu mengorbankan kami. Kamu kerja, kuliah, pergi pagi pulang tengah malam, aku dukung 100%. Githu juga kalo wiken, kamu pake untuk ngerjain tugas kuliah. Tapi kalo saat ini kamu mau ketemuan sama temen-temen dengan alasan udah lama gak ketemuan, aku mengerti juga sepenuhnya... Tapi seberapa pentingnya sih temen2mu, dibanding main bareng sama anak2?"
Dari ngobrol ini, banyak hal yang bisa didapat, banyak keluhan yang dilontarkan. Tapi jika dihadapi dengan hati lapang dan keinginan untuk memperbaiki diri, bukan keinginan untuk bersaing... Pernikahan yang sehat adalah hasil dari semuanya.
Wednesday, May 30, 2007
Komunikasi, Jembatan Kokoh Rumah Tangga
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment