Saturday, September 13, 2008

Berhenti Mencari Kebahagiaan

Banyak orang berpikir kebahagiaan harus dicari.
Tadinya, saya juga berpikir begitu...

Saya pikir, saya akan bahagia kalau punya karier bagus
Saya pikir, enak juga ya punya suami kaya (hihihi... siapa yang ga mau)
Saya pikir, saya akan lebih bahagia kalau bekerja di sana
Saya pikir, saya akan bahagia kalau sudah menikah
Saya pikir, saya akan bahagia kalau bisa memilih orang tua


Saya pikir... saya pikir... saya pikir...
Kalau diteruskan mungkin blog ini hanya berisi 'saya pikir' saja dari awal hingga akhir.

Tapi, ternyata... SALAH!!!
Kita gak perlu mencari kebahagiaan. Dia tidak jauh, namun terasa sangat jauh... Dia ada, namun rasanya tiada... Dia terus dicari, maka dia sembunyi...

Tidak akan habis kalau kita mengejar kebahagiaan... karena sesungguhnya kebahagiaan ada di sana, tersimpan baik dalam hati, terus ada dan selalu siap bila Anda memintanya dengan tepat.

Kadang kita terlalu fokus dengan hal-hal yang berada di luar jangkauan kita, sehingga lalai akan segala rahmat yang telah kita terima selama ini.

Pernah seorang rekan lintas maya bercerita secara terbuka di sebuha milis alasan-alasannya mengapa ingin bercerai dengan suaminya.

Paling utama karena ia ingin maju, sementara sang suami terkesan diam sulit melangkah dan tidak terlihat mendukung, namun tidak juga menghambat langkahnya untuk maju. Ia butuh pendamping yang kuat, selama ini ia merasa besar seorang diri. Kenapa? Karena kebetulan sosok pribadi unik ini dititipkan pada sepasang suami istri tuna rungu. Kekurangan orangtuanya membuatnya terbebani selama bertahun-tahun dan sulit untuk maju.
Masya ALLAH... hanya itu kalimat pertama yang meluncur dari mulut saya saat membaca cerita singkat yang nyaris membuka aib kehidupannya selama bertahun-tahun.

Saya bukan orang yang sempurna, masih jauh dari kata itu. Sayapun baru belajar untuk ikhlas menerima segala rahmat yang diberikan ALLAH selama ini.

Duh teman...
Andaikan saat itu saya punya cukup keberanian mengingatkanmu, tidakkah kamu bersyukur, hanya dengan dukungan dari orang tuamulah, engkau bisa menjadi pribadi seperti saat ini. Pun adalah pilihanmu, engkau tidak puas pada kehidupanmu. Tidakkah kau berpikir, jika memiliki suami lebih tangguh, hidupku akan seperti arena balap, semua berpacu dan berkompetisi. Bukankan suamimu yang saat ini menginjak rem, agar engkau tetap menjejak di bumi, tidak pergi meninggalkan anak-anakmu tercinta.
Duh, teman... semoga saat aku menuliskan ini, engkau telah mendapatkan hidayah-Nya.


Begitulah...
Seringkali kita berpikir kebahagiaan dapat diperoleh jika kita menduduki jabatan lebih tinggi, mempunyai harta lebih banyak lagi, mempunyai mobil-mobil bermerk, berganti handphone setiap saat.

Bahagia ada di dalam hati... Berbicaralah pada hati kita, maka dia akan menjawab.
Hanya ada satu cara untuk meng-aktivasi kebahagiaan, yaitu dengan ber-SYUKUR.

Bersyukurlah atas segala rahmat yang telah kita terima selama ini.
... orang tua yang penuh perhatian...
... suami yang penuh kasih sayang...
... anak-anak yang cerdas...
atau...
sekedar bersyukur, bahwa kita telah diberi kesempatan satu hari lagi untuk berkarya di muka bumi.
Alhamdulillah...

Fokus pada apa yang telah kita miliki, apa yang telah kita raih... darinyalah kita akan memperoleh kebahagiaan...
Berhentilah mencari kebahagiaan, karena dia telah ada dalam diri Anda.

6 comments:

meyrinda said...

top banget postingannya.
mantep,
pas banged gw timing bacanya hihihi

eka said...

bunda dea menginspirasiku... do'ain ya bunda.. supaya eka bisa mengikuti langkah bunda...

Dea Haryono said...

to Meyrinda
Hehehe... sekedarkan mengingatkan diri sendiri Mey. Alhamdulillah, kalo bisa bermanfaat buat yang baca.

to eka
Ayo mbak Eka... kita jalan bareng, biar sukses bareng juga :-)

Lif Indah Nur Rahayu said...

Yupe, bener bangets tuh. Wise...

Dea Haryono said...

to Lif
Ini yang bkin gw terharu.
Sobat gw dari jaman kuda gigit batu bilang gw wise. hahaha... terlena gw...
muah!!!

yaya said...

iya mbak, karena kebahagiaan sejati adalah saat kita ikhlas dan nyadar kl sebenarnya kita nyari Allah..